Pages

Cara Pengendalian Hama Dan Penyakit Tanaman Lada


Cara Pengendalian Hama Dan Penyakit Pada Tanaman Lada

Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu
Sering terjadinya fluktuasi harga lada yang cukup tajam, bahkan harga jual sering kali sangat rendah membuat petani lada tidak dapat membeli sarana produksi. Oleh sebab itu dianjurkan dalam budidaya lada untuk menyertakan kegiatan lainnya misalnya diintegrasikan dengan ternak, disertai penanaman penutup tanah (A. pintoi). Cara tersebut selain membuat sistem usahatani lada menjadi lebih efisien juga merupakan usaha Pengendalian Hama (termasuk penyakit) Terpadu (PHT) yang ramah lingkungan dan berkesinambungan.


Pengendalian menggunakan pestisida kimiawi
dilakukan pada saat populasi hama atau intensitas serangan patogen penyakit tinggi, dengan tujuan menekan
perkembangan hama dan patogen, selain itu diikuti aplikasi pengendalian secara hayati mempergunakan musuh alaminya.

Komponen teknologi budidaya lada dengan pendekatan ekologi yang efisien dan berkelanjutan adalah sbb:






pengendalian secara kultur teknik
Bahan tanaman: Bahan tanaman sering menjadi sumber inokulum hama dan penyakit lada dan menjadi sumber penyebaran hama dan penyakit di lokasi baru. Oleh karena itu menggunakan bahan tanaman yang sehat dengan melakukan seleksi bahan tanaman yang akan digunakan dilakukan secara hati-hati karena sampai saat ini belum ada varietas yang toleran terhadap semua jenis hama dan penyakit. Untuk daerah Lampung sebaiknya menggunakan varietas lada spesifik lokasi Lampung antara lain adalah varietas lada Natar-1. Varietas ini merupakan hasil seleksi varietas Belantung dari Lampung, dan telah diketahui
mempunyai beberapa keunggulan antara lain : mempunyai adaptasi terhadap cekaman air sedang, cekaman terhadap terhadap kelebihan air sedang, toleran terhadap hama penggerek batang dan penyakit BPB, dan mempunyai potensi produksi lada hitam sampai 4 ton per hektar

1.  Tajar hidup dan pemanfatan biomas.
Pada saat harga rendah pemeliharaan lada menjadi tidak intensif, pemupukan tanaman lada tidak dapat dilakukan. Akibatnya tanaman lada menjadi lemah, peka terhadap hama dan patogen. Biomas hasil pemangkasan tajar (dadap dan gliricidae) apabila dibenamkan dalam tanah akan meningkatkan kesuburan tanah, merangsang pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisme tanah yang bermanfaat. Kondisi lahan akan menjadi lebih baik untuk tanaman lada apabila tanaman lada dipupuk organik dari kotoran ternak
ruminansia atau kompos, proses pelapukan bahan organik lebih cepat dan dapat menghambat perkembangan patogen berbahaya di dalam tanah.

2.  Saluran drainase dan pemangkasan bagian
tanaman lada. Agar kebun lada tidak tergenang air dimusim hujan maka perlu dibuatkan saluran drainase. Air tergenang di kebun merupakan media yang baik untuk perkembangan patogen BPB.

Pemeliharaan tanaman lada meliputi pemangkasan sulur cacing dan sulur gantung yang tidak berguna, bekas
pangkasan diolesi dengan teer/vaselin/lilin atau insektisida. Pembuangan sulur cacing juga akan mengurangi
kemungkinan terinfeksinya tanaman lada oleh P. capsici dari tanah.

3.  Pemupukan dan komposisinya.
Pemupukan tanaman lada untuk meningkatkan pertumbuhan vegetatif dan generatif agar produktivitasnya tinggi dan kesehatan tanaman menjadi kuat. Disamping dosis juga diperhatikan komposisi dan saat aplikasi pupuk. Tanaman yang cukup pupuk akan lebih tahan terhadap serangan hama penyakit.

Pengendalian hayati
Penyakit BPB dapat dilakukan dengan pemberian kotoran ternak dicampur alang-alang dan agensia hayati T.
Harzianum. Aplikasi pupuk kandang dapat dilakukan bersamasama dengan aplikasi alang-alang dan agensia hayati untuk menekan terjadinya serangan P. capsici. Pemberian bahan organik harus dibenamkan dalam tanah, di bawah tajuk tanaman lada agar berfungsi sebagai sumber nutrisi bagi tanaman lada, menggemburkan tanah, meningkatkan populasi mikroorganisme antagonis. Alang-alang sebagai sumber
bahan organik dapat diberikan sebagai penutup tanah. Untuk pengendalian penyakit BPB maka alang-alang harus dibenamkan.

Penyiangan terbatas dilakukan dengan cara bebokor hanya dilakukan di sekitar tanaman lada sebatas kanopi tanaman lada dan sebaiknya tidak dilakukan penyiangan bersih. Untuk meningkatkan keragaman hayati terutama parasitoid hama penggerek batang sebaiknya gulma antara tanaman lada hanya dipangkas, atau menanam tanaman berbunga diantara tanaman lada, seperti kopi, kumis kucing, jenis leguminoceae atau A. pintoi. Adanya tanaman berbunga diantara tanaman lada atau penutup tanah yang menghasilkan bunga akan meningkatkan keragaman dan populasi parasitoid dan menghambat penyebaran patogen BPB pada musim
hujan.

Pemanfaatan agen hayati dan konservasi kebun. Bila dipilih varietas lada yang rentan terhadap serangan
penyakit BPB maka agen hayati pengendali patogen harus diaplikasi sejak awal penanaman lada dan aplikasi (perlakuan) diulang pada setiap awal musim hujan. Konservasi kebun lada dengan menanam penutup tanah A. Pintoi dapat menyediakan pakan ternak kambing 9-12 ekor/ha dan dapat menyediakan kotoran kambing untuk pupuk lada sekitara 4-6 ton per tahun.

Pengendalian mekanis
Sesuai perilaku biologi penggerek batang fase pradewasa (larva dan pupa) yang berada pada jaringan
tanaman lada yang mati akibat serangannya, dapat dipedomani untuk menekan populasi hama. Fase pradewasa yang berada di dalam jaringan tanaman yang mati secara periodik di ambil untuk memutus siklus dan menekan populasi. Dengan mengambil stadia pradewasa yang berada di dalam jaringan tanaman lada mati di kebun akan memutus siklus hidupnya.

Pengendalian cara mekanis dapat dilakukan dengan mengambil bagian tanaman lada mati dari kebun berupa
batang, cabang dan ranting mati kemudian dimasukkan dalam kantong plastik dan selanjutnya dimusnahkan. Dengan melakukan pengendalian secara mekanis dapat menekan populasi hama dengan baik. Pengendalian secara mekanis merupakan salah satu komponen dalam merakit teknologi pengendalian hama. Pengendalian hama cara mekanis secara luas dapat memutus siklus dan menurunkan populasi hama sampai batas tidak merugikan terhadap produksi serta tidak berdampak buruk terhadap lingkungan.

No comments:

Post a Comment