Hara-hara dijerap oleh koloid tanah, yang merupakan partikel
tanah yang halus berupa mineral liat atau humus dan bermuatan listrik. Adanya muatan listrik ini menyebabkan koloid
ini dapat menarik ion-ion unsur hara.
Tanah mengandung 3 tipe koloid yaitu: Liat silikat, liat oksida dan
humus.
Liat Silikat
Mineral liat tidak hanya merupakan pecahan sederhana
dari debu atau pasir menjadi partikel yang lebih kecil. Partikel liat adalah kristal kecil atau
mineral yang dibentuk dalam tanah akibat perubahan iklim. Mineral liat yang terbentuk akibat perubahan
iklim disebut dengan mineral sekunder.
Sebuah partikel liat silikat disebut misel
yang merupakan lempengan kristal yang tersusun banyak lapisan. Tiap-tiap lapisan tersusun atas 2 atau 3
lembar (lempeng) unsur Silicon (Si), Oksigen (O) dan Aluminium (Al). Tiga elemen tersebut berkombinasi membentuk
beberapa lempengan, yang dapat membentuk beberapa macam liat.
Di dalam
tanah silicon berkombinasi dengan oksigen untuk membentuk lempengan
silikat. Unit dasar utama lempeng
silikat adalah tetra hedron silika, sebuah atom silicon dikelilingi empat atom
oksigen. Lempengan kedua liat silikat
yang penting adalah lempengan alumina.
Unit dasar pembentuk lempengan alumina adalah alumina oktahedron, dimana
sebuah atom aluminium dikelilingi enam kelompok hidroksil (OH- ) untuk membentuk bangun
oktahedron. Okatahedron bergabung
melalui kelompok hidroksil membentuk lempengan alumina.
Lempengan
ini dapat menumpuk dengan yang lain dengan beberapa cara untuk membentuk
kristal liat yang lengkap. Tumpukan yang
paling sederhana adalah gabungan lempengan alumina dengan lempengan silikat
membentuk lapisan 1 :1. Tumpukan
lempengan selanjutnya adalah tumpukan antara sebuah lempeng alumina dengan dua
lempeng silikat. Disini alumina
oktahedron dipindahkan semua tetapi dua dari kelompok hidroksilnya dibagi
dengan atom oksigen dengan lempeng silika dengan struktur 2 :1.
Jenis-jenis Liat Silikat
Beberapa tipe liat adalah 1: 1 atau 2 : 1
lapisan yang teriikat bersama-sama. Beberapa liat memiliki ikatan yang kuat dan
mengikat kation dengan baik, sedang yang lainnya tidak. Beberapa liat bersifat
lengket, plastis, dan beberapa mengembang waktu basah.
Sifat-sifat
liat silikat ini bergantung pada bagaimana kemudahan lapisan tersebut
dipisahkan. Jika liat-liat tersebut
dapat mengendur dengan mudah, air dapat
masuk ke dalam celah antara lapisan, dan partikel akan mengembang pada saat
basah dan akan menyusut pada saat kering.
Liat seperti itu disebut liat
mengembang dan mengkerut (Expanding clay).
Liat mika.
Liat mika adalah liat type 2
:1 berasal dari pelapukan mineral mika.
Mineral litany disebut dengan mineral
illit, terikat dengan kuat dengan jembatan ion potassium (K). Jika semua potasium hilang akan muncul liat
baru yaitu yang disebut vermikulit, liat ini sangat luas permukaannya pada saat
basah.
Liat Smectite. Smectit juga terbentuk
dari pelapukan feldspar atau pelapukan lebih lanjut dari vermikulit. Liat ini memiliki perbandingan liat 2 : 1, bersifat
lengket, dan permukaannya luas. Air akan
masuk diantara lapisan, sehingga lapisan dapat memegang dengana bebas, kekuatan
mengikatnya sangat kuat untuk mengikat partikel secara bersama sama. Hal tersebut berarti bahwa liat smectit
terbentuk dari partikel yang sangat kecil.
Mineral liat smectite yang terkenal adalah montmorilonit.
Liat Chlorit. Lapisan chlorite diikat dengan keempat
lapisan liat. Modelnya adalah liat
2:1:1. Keempat lapisan secara
bersama-sama adalah lempeng alumina atau sebuah lempeng Magnesium-Oksigen
Oktahedra. Lempeng ini terikat dengan
lapisan 2:1 secara bersama sama terikat sangat kuat.
Liat Kaolinit. Liat ini memiliki perbandingan 1 : 1 . Ikatan Hidrogen mengikat lapisan dengan kuat,
sehingga tidak ditemukan air diantara lapisan.
Kaolinit sedikit mengembang dibandingkan semua jenis liat. Liat ini menunjukkan permukaan yang paling
kecil untuk adsorbsi kation tanah.
Ikatan yang kuat membuat ukuran partikel sama besar dengan debu. Kaolinit sangat sangat plastis dan dapat
digunakan untuk membuat tembikar (barang-barang dari tanah liat).
Liat Oksida. Liat ini disebut sesquioksida yang
merupakan partikel-partikel halus besi
oksida (Fe2O3) dan Aluminium Oksida (Al(OH)3). Oksida-oksida
ini banyak terdapat pada tanah
tua di daerah iklim tropika basah.
Lamanya waktu pelapukan telah mencuci silica dan beberapa alumina
meninggalkan oksida. Liat oksida
cenderung menjadi aggregat yang kuat, berlapis dan gumpalannya berukuran pasir
dan mempunyai sifat yang sama dengan pasir.
Liat oksida tidak mengembang, tidak lengket dan memiliki kekuatan
terbatas untuk menahan unsur hara.
Humus.
Partikel humus adalah hasil akhir
pembusukan bahan organik. Tidak berbentuk kristal dan berbentuk tidak
teratur, berbentuk putaran. Humus tidak mempunyai sifat fisik seperti liat,
lengket dan plastis. Namun, mereka
memiliki kekuatan yang lebih untuk menjerap unsur hara dibandingkan dengan
liat. Humus keberadaannya dalam tanah
tidak stabil, karena dari waktu ke waktu proses dekomposisinya akan melepaskan
CO2 (karbondioksida).
Koloid
yang bermuatan. Koloid biasanya
membawa sebuah muatan negatif yang dapat menarik kation dari larutan
tanah. Partikel liat memiliki muatan
negatif dengan dua cara. Cara pertama
beberapa kelompok hidroksil pada akhir pelapukan misel liat kehilangan ion
hidrogennya. Ion hydrogen ini merupakan
sebuah proton, sehingga kepergiannya menjadi sebuah muatan yang tidak seimbang.
Ion hydrogen ini akan lepas dari gugus OH-
karena adanya perubahan pH tanah.
Muatan negatif yang terjadi karena proses ini disebut sebagai muatan
tergantung pH (pH dependent Charge). Muatan negatif ini berubah-ubah tergantung
kepada pH tanah (Gambar 2.1). Proses
yang kedua adalah substitusi isomorphic.
Satu kation dapat menggantikan kation yang lain dengan ukuran serupa
dengan sebuah lempengan liat. Sebagai
contoh Aluminium (Al3+) dapat menggantikan atom silicon (Si4+) dalam lapisan
silica sehingga pada seluruh permukaannya memiliki muatan negatif. Adanya muatan negatif pada mineral liat
menyebabkan mineral liat tersebut dapat menarik kation, sehingga misel
dikelilingi oleh kumpulan kation.
Muatan negatif yang berasal substitusi isomorphic terdistribusi secara merata pada seluruh permukaan mineral liat dan membentuk muatan permanent dan tidak dipengaruhi oleh pH larutan
Berbagai jenis liat berbeda dalam
sejumlah tapak muatan negatif, sehingga kemampuannya untuk mengikat kation juga
berbeda :
-
Kaolinit memiliki muatan negatif yang kecil,
disebabkan karena kecilnya substitusi isomorfik yang terjadi.
-
Smectit memiliki banyak tapak negatif karena
adanya ion Magnesium (Mg2+) menggantikan beberapa Aluminium (Al3+).
Sehingga kation dapat diadsorbsi dalam
ruang diantara lapisan 2 : 1.
-
Vermikulit memiliki muatan negatif yang lebih
besar, disebabkan karena satu diantara empat atom silicon digantikan
aluminium. Liat ini dapat mengembang ,
sehingga beberapa kation dapat ditahan diantara lapisan 2 : 1.
-
Illit memiliki substitusi yang sama dengan
vermikulit. Namun karena
lapisan-lapisannya terikat bersama-sama
dengan potassium (K), sehingga sedikit kation yang dapat diikat diantara
lapisan-lapisannya. Dengan demikian
Illit mampu menahan lebih sedikit kation daripada vermikulit.
-
Sesquioksida memiliki muatan negatif sangat
kecil, kecuali untuk sedikit kelompok hidroksil di pernukaannya.
-
Humus memiliki banyak tapak jerapan. Banyak
senyawa organik yang ditemukan dalam humus mempunyai gugus hidroksil sebagai
bagian strukturnya. Gugus ini dapat
melepaskan hidrogennya untuk membentuk muatan negatif pada seluruh permukaan
partikel humus.
Terimakasih Admin, Artikel ini sangat bermanfaat.
ReplyDeleteSekalian Mohon ijin ya numpang iklan promosi Produk berikut ini :
- CaO / Kapur Bakar/ Kalsium Oksida.
- CaOH2 / Kalsium Hidroksida.
-CaCo3 /Kalsium Karbonat.
- Kaptan / Kapur Pertanian
- Dolomite.
- Zeolite .
- Bentonite.
Untuk informasi dan pemesanan produk Silahkan hubungi :
Bpk Asep
081281774186
085793333234
Silahkan Simpan nomor dan hubungi jika sewaktu-waktu membutuhkan.