Showing posts with label NEWS. Show all posts
Showing posts with label NEWS. Show all posts

Bahaya Dan Resiko Mengkonsumsi Jeruk Lemon

Haloo.. Sahabat warung Agriculture..?? ketemu lagi... gimana kabar sahabat semua..?? sudah panen tanamannya..?? atau sudah buat masakan dari kulit jeruk lemon..?? xixi soalnya kali ini kita masih membahas seputar Jeruk Lemon.. okk.. scrol down..xixi

Di artikel artikel sebelumnya.. kita sudah membahas tentang beragam manfaat dari jeruk lemon ini.. nah saatnya sekarang kita membahas tentang bahayanya ni sahabat.. gimana..?? eeiittss.. jangan khawatir.. selagi masih dalam takaran yang wajar, maka sahabat nggak perlu takut untuk mengkonsumsinya... ok.. ayuk kita bahas.. 

Bahaya Dan Resiko Mengkonsumsi Buah Jeruk Lemon.

Jeruk lemon itu sejatinya banyak manfaatnya.. namun sahabat pasti pernah atau selalu merasakan bagaimana reaksi syaraf kita khususnya di daerah mulut saat melihat sesuatu yang kecuuttt.. .?? heemmmm pasti air liur kita keluar begitu banyak... hayooo ngaku..?? xixi.. itu adalah normal... soalnya saya juga..xixi

Walaupun air lemon mungkin baik untuk pencernaan, tapi air lemon dapat mengakibatkan kerusakan kecil dalam proses perjalanannya menuju perut. 

Dengan menambahkan (asam) lemon ke air, sahabat dapat meningkatkan risiko pengikisan lapisan pada email gigi, yang dapat menyebabkan masalah. Padahal, email gigi yang terkikis tidak bisa diganti.

Nah, agar hobi sahabat mengonsumsi air lemon tak menimbulkan efek negatif, ada beberapa anjuran yang sebaiknya diketahui:

1. Minumlah sebagai bagian dari makanan, jangan meminumnya begitu saja. Tujuannya untuk membantu merangsang produksi air liur,menyarankan. Air liur akan menetralisir asam berbahaya dan partikel makanan dari gigi, serta membantu melindungi gigi dari pembusukan.

2. Jika sahabat ingin minum air lemon dalam keadaan hangat di pagi hari, cobalah tunggu sampai agak dingin, lalu gunakanlah sedotan. Ini dapat membantu mendorong cairan pada gigi untuk keluar.

3. Minumlah air lemon sebelum menggosok gigi, sehingga asam tidak akan merusak email gigi secara langsung. Kemudian, tunggu beberapa saat untuk menyikat gigi, sekitar 30 sampai 60 menit,

eemhh.. jadi gimana Sahabat..?? nggak ragu atau khawatir lagi kan untuk mengkonsumsi Buah jeruk lemon..?? pokoknya selama masih wajar.. ok aja.. pokok jangan keseringan ya.. xixi soalnya kecuutt.. xixi... ok shabat.. ayo sehat dengan hasil bumi sendiri.. 

Ubi Jalar Oranye (Impomoea trifida) Varitas BETA-1

Ubi Jalar Oranye BETA-1 merupakan ubi jalar yang memilki pigmen oranye pada daging buahnya. Ubi jalar ini juga merupakan Varietas yang masih terus di kembangkan untuk mendukung ketahanan pangan dengan mengedepankan nilai gizi. Ubi Jalar Oranye BETA-1 ini dapat di budidayakan seperti biasa orang membudidayakan ubi jalar yang lain.


Salah satu varian ubi jalar yang dikembangkan di Indonesia adalah varian Ubi Jalar Oranye BETA-1 (Impomoea trifida). Ubi varian ini memiliki keistimewaan yaitu memiliki kandungan beta keroten yang tinggi dari varian ubi yang lain. Dan di bandingkan ubi varian lain tekstur ubi ini lebih berair dan kandungan kadar gulanya relatif rendah dari varietas yang lain. Kandungan gizi pada ubi jalar oranye (Impomoea trifida) terutama kandungan beta karotennya yang mencapai 9900 mkg (32967 SI).

Ciri Dan Keunggulan Ubi Jalar Oranye BETA-1
1. Hasil umbi/ha
Ubi jalar oranye dapat menghasilkan umbi sebanyak 25 - 35 ton/ha. untuk memperoleh hasil yang maksimal tentunya perlakuan dalam proses budidaya sangat menentukan. pemberian pupuk tambahan diusahakan menggunakan pupuk Organik agar kesuburan tanah tetap terjaga. hal ini juga sangat membantu dalam proses pengendalian hama dan penyakit dalam tanah yang dapat merusak umbi.

2. Umur Panen.
Ubi jalar oranye merupakan varietas yang telah dikembangkan dengan mengusahakan umur panen yang genjah (pendek). Ubi jalar Oranye ini memiliki umur panen 4-4.5 bulan HST.

3. Umbi
Umbi dari ubi jalar oranye ini memiliki warna (oranye) yang sangat pekat. kepekatan ini menunjukkan tingginya jumlah pigmen yang terdapat di dalam umbi yang menentukan jumlah Betakaroten yang terdapat dalam umbi. Ubi jalar oranye ini memiliki kandungan beta karoten yang tinggi yaitu 12.032 ug/100 g umbi. selain itu rasa umbi juga manis dengan kadar air yang agak tinggi.

4. Resistensi.
Ubi jalar oranye ini memiliki keunggulan dalam hal ketahanan terhadap hama dan penyakit yang menyerang umbi. Ubi jalar oranye ini tahan terhadap penyakit kudis dan penyakit boleng pada umbi.

Untuk mengetahui cara mengendalikan hama dan penyakitnya baca juga Hama dan Penyakait tanaman ubi jalar.

PROSEDUR PEMULIAAN TANAMAN MENYERBUK SENDIRI

Prosedur pemuliaan tanaman menyerbuk sendiri antara lain :
1.      INTRODUKSI
2.      SELEKSI
3.      HIBRIDISASI yang dilanjutkan dengan seleksi

1.      INTRODUKSI
Masalah yang dihadapi pada tanaman introduksi baik sebagai sumber keragaman maupun sebagai calon varietas baru adalah penanganan dalam mempertahankan sebagai koleksi dan evaluasinya.
Koleksi tanaman introduksi dibagi 3 kelompok :
a.       tanaman yang telah dimuliakan.
b.       Tanaman asli.
c.       Tanaman liar.
Masing – masing kelompok mempunyai manfaat khusus pada program pemuliaan.
Tanaman introduksi dibutuhkan untuk memperbaiki sifat varietas unggul yang ada dengan melengkapi sifat yang dianggap kurang melalui hibridisasi / silang baik.

2.      SELEKSI

  • seleksi galur murni
  • seleksi massa.


SELEKSI GALUR MURNI

  • Untuk memperoleh individu homosigot.
  • Bahan seleksi adalah populasi yang mempunyai tanaman homosigot  Sehingga pekerjaan seleksi memilih individu yang homosigot tadi.
  • Pemilihan berdasar Fenotipe tanaman.

Kekurangan dari seleksi lini murni.

  • Seleksi lini murni dapat untuk mendapatkan varietas baru untuk tanaman SPC dan tidak CPC sebab Untuk tanaman CPC perlu banyak tenaga dalam pelaksanaan penyerbukan sendiri. Menghasilkan lini – lini murni bersifat inbred yaitu bersifat lemah antara lain tanaman albino, kerdil, produksi rendah.
  • Tak ada kemungkinan memperbaharui sifat karakteristik yang baru secara genetis.
  • Varietas yang dihasilkan bersifat homosigot, oleh karena itu kurang beradaptasi diberbagai macam kondisi ( sifat adaptasinya tak begitu luas ).

 Populasi campuran sebagai bahan seleksi berupa :

  • Varietas lokal / land race : varietas yang telah beradaptasi baik pada suatu daerah dan merupakan campuran berbagai galur.
  • Populasi tanaman bersegregasi : keturunan dari persilangan yang melakukan penyerbukan sendiri beberapa generasi.

Keuntungan / kebaikan campuran berbagai galur :

  • Adaptasi pada lingkungan beragam / perubahan lingkungan yang cukup besar sehingga produksi > baik.
  • Produksi > stabil bila lingkungan berubah / beragam.
  • Ketahanan > baik terutama penyakit.

Kekurangan campuran berbagai galur :

  • Kurang menarik, pertumbuhan tanaman tak seragam.
  • > sulit diidentifikasi benih dalam pembuatan sertifikasi benih.
  • Produksi > rendah dibanding produksi galur terbaik dari campuran tersebut.

SELEKSI MASSA.
Varetas yang dihasilkan :

  1. Tidak seseragam varietas hasil seleksi galur murni.
  2. Mempunyai ketahanan terhadap perubahan lingkungan / lingkungan ekstrim             perubahan genotipe.
TUJUAN SELEKSI MASSA :
Memperbaiki populasi secara umum dengan memilih dan mencampur genotipe – genotipe superior.
Kelemahan :

  • Tanaman yang dipilih mungkin tidak homosigot dan akan segregrasi pada generasi berikutnya.
  • Hanya berguna untuk sifat – sifat dengan hertabilitas tinggi. Umumnya tidak efisien apabila “ ALELE “ yang akan dihilangkan frekuensinya rendah.
  • Lebih efektif untuk sifat – sifat yang terlihat sebelum pembuangan dari sifat – sifat yang terlihat setelah pembuangan.

Contoh tanaman kedelai, gandum, tembakau telah berhasil dengan menggunakan seleksi massa.

Kebaikan Seleksi Massa :

1. Sederhana, mudah pelaksanaannya dan cepat untuk memperbaiki mutu tanaman, oleh karena :

  • Tanpa ada pengujian untuk generasi berikutnya.
  • Tanpa ada pengawasan persilangan untuk produksi keturunan selanjutnya.

2. Lebih bersifat ART dari pada SCIENC
Merupakan cara untuk memperbaiki mutu varietas lokal dengan cepat untuk memenuhi kebutuhan petani dan merupakan langkah pertama dalam memperbaiki mutu tanaman.

  “ SELEKSI MASSA SERING DIGUNAKAN UNTUK MEMURNIKAN SUATU   VARIETAS CAMPURAN. ”

SELEKSI MASSA dapat dibedakan menjadi 2 :
1.       Seleksi Massa Positip
2.       Seleksi Massa Negatip

1.       Seleksi Massa Positip
Dilakukan dengan jalan memilih tanaman yang baik fenotipenya dari suatu populasi tanaman yang ada. Biji tanaman terpilih untuk ditanam pada generasi / tahun berikutnya. Tanaman yang tidak terpilih biasanya dipanen untuk konsumsi.

2.       Seleksi Massa Negatip
Dilakukan dengan menghilangkan semua tanaman yang tipenya menyimpang dari tujuan seleksi.
Misal :    - tanaman sakit
              - tanaman rebah
Apabila Seleksi Massa digunakan sebagai metode seleksi untuk tanaman penyerbuk sendiri maka mempunyai kelemahan antara lain :

1.       Tidak meungkin dapat mengetahui apakah tanaman yang dikelompokkan homosigot / heterosigot untuk suatu karakter dominan tertentu, jadi seleksi fenotipe harus dilanjutkan untuk generasi berikut.

2.       Lingkungan luar mempengaruhi penampilan tanaman sehingga sulit untuk mengetahui apakah tanaman yang superior menurut fenotipenya disebabkan faktor genetik atau lingkungan.

PERBEDAAN ANTARA SELEKSI  MASSA dan SELEKSI LINI MURNI.

 SELEKSI MASSA
1.       Sudah sangat tua
2.       Selalu dipraktekan oleh petani walaupun tak disadarinya.
3.       Biasa dilakukan pada tanaman C. P. C (allogam).
4.       Jumlah tanaman yang terpilih banyak.
5.       Tanaman yang terpilih mempunyai adaptasi yang luas.
6.       Seleksi Massa mudah dilakukan dan amat sederhana.
7.       Tidak perlu tenaga, biaya dan waktu      yang banyak.
8.       Hasil yang diperoleh heterodigot / tidak uniform.
9.       Tidak dilakukan pengujian keturunan          .
10.   Tidak perlu adanya control persilangan.
11.   Pemilihan hasil panen   tercampur

SELEKSI LINI MURNI
1. Belum begitu tua.
2. Tak pernah dilakukan oleh petani pada tanaman mereka.
3. Dilakukan pada tanaman S. P. C (autogam )
4. Jumlah tanaman yang terpilih sediki.
5. Tanaman yang terpilih mempunyai adaptasi tidak begitu luas dan hanya dapat beradaptasi pada kondisi / tanaman tertentu saja.
6. Sulit dilakukan karena perlu ketrampilan khusus.
7. Butuh tenaga, biaya dan waktu yang banyak.
8. Hasil yang diperoleh homosigot (uniform)
9. erludilakukan pengujian keturunan dan masing – masing perbedaan kenampakan secara individu diuji          kemurnian.
10. Persarian selalu diawasi
11. Terpisah

Manfaat Bacillus thuringiensis (BT)

Bacillus thuringiensis adalah bakteri gram-positif, berbentuk batang, yang tersebar secara luas di berbagai negara. Bakteri ini termasuk patogen fakultatif dan dapat hidup di daun tanaman konifer maupun pada tanah. 



Apabila kondisi lingkungan tidak menguntungkan maka bakteri ini akan membentuk fase sporulasi. Saat sporulasi terjadi, tubuhnya akan terdiri dari protein Cry yang termasuk ke dalam protein kristal kelas endotoksin delta. Apabila serangga memakan toksin tersebut maka serangga tersebut dapat mati. Oleh karena itu, protein atau toksin Cry dapat dimanfaatkan sebagai pestisida alami.

Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:     Eubacteria
  Filum:     Firmicutes
    Kelas:     Bacilli
      Ordo:     Bacillales
        Famili:     Bacillaceae
          Genus:     Bacillus
            Spesies:     thuringiensis
Nama binomial
Bacillus thuringiensis
Berliner 1915

Sejarah
B. thuringiensis ditemukan pertama kali pada tahun 1911 sebagai patogen pada ngengat (flour moth) dari Provinsi Thuringia, Jerman. Bakteri ini digunakan sebagai produk insektisida komersial pertama kali pada tahun 1938 di Perancis dan kemudian di Amerika Serikat (1950). Pada tahun 1960-an, produk tersebut telah digantikan dengan galur bakteri yang lebih patogen dan efektif melawan berbagai jenis insekta.

Keberadaan inklusi paraspora dalam B. thuringiensis telah ditemukan sejak tahun 1915, namun komposisi protein penyusunnya baru diketahui pada tahun 1915. Pada tahun 1953, Hannay, mendeteksi struktur kristal pada inklusi paraspora yang mengandung lebih dari satu macam protein kristal insektisida (insecticidal crystal protein, ICP) atau disebut juga delta endotoksin. Berdasarkan komposisi ICP penyusunnya, kristal tersebut dapat membentuk bipimiramida, kuboid, romdoid datar, atau campuran dari beberapa tipe kristal.

Protein atau toksin Cry tersebut akan dilepas bersamaan dengan spora ketika terjadi pemecahan dinding sel. Apabila termakan oleh larva insekta, maka larva akan menjadi inaktif, makan terhenti, muntah, atau kotorannya menjadi berair. Bagian kepala serangga akan tampak terlalu besar dibandingkan ukuran tubuhnya. Selanjutnya, larva menjadi lembek dan mati dalam hitungan hari atau satu minggu. Bakteri tersebut akan menyebabkan isi tubuh insekta menjadi berwarna hitam kecoklatan, merah, atau kuning, ketika membusuk.

Toksin BT
Toksin Cry sebenarnya merupakan protoksin, yang harus diaktifkan terlebih dahulu sebelum memberikan efek negatif. Aktivasi toksin Cry dilakukan oleh protease usus sehingga terbentuk toksin aktif dengan bobot 60 kDA yang disebut delta-endotoksin. Delta-endotoksin ini diketahui terdiri dari tiga domain. Toksin tersebut tidak larut pada kondisi normal sehingga tidak membahayakan manusia, hewan tingkat tinggi, dan sebagian insekta. Namun. pada kondisi pH tinggi (basa) seperti yang ditemui di dalam usus lepidoptera, yaitu di atas 9.5, toksin tersebut akan aktif. Selanjutnya, toksin Cry akan menyebabkan lisis (pemecahan) usus lepidoptera.

B. thuringiensis dapat memproduksi dua jenis toksin, yaitu toksin kristal (Crystal, Cry) dan toksin sitolitik (cytolytic, Cyt). Toksin Cyt dapat memperkuat toksin Cry sehingga banyak digunakan untuk meningkatkan efektivitas dalam mengontrol insekta. Lebih dari 50 gen penyandi toksin Cry telah disekuens dan digunakan sebagai dasar untuk pengelompokkan gen berdasarkan kesamaan sekuens penyusunnya. Tabel di bawah ini merupakan klasifikasi toksin Bt pada tahun 1995.

Manfaat dan Keuntungan BT
Menurut laporan WHO pada tahun 1999, sebanyak 13.000 ton produk B. thuringiensis diproduksi setiap tahunnya melalui teknologi fermentasi aerobik. Sebagian besar produk tersebut yang mengandung ICP dan spora hidup, sedangkan sebagian lainnya mengandung spora yang telah diinaktivasi. Produk B. thuringiensis konvensional hanya dibuat untuk mengatasi hama lepidoptera yang menyerang tanaman pertanian dan perhutanan. Namun, sekarang ini, banyak galur B. thuringiensis yang diproduksi untuk mengatasi golongan koeloptera dan diptera (perantara penyakit yang diakibatkan parasit dan virus). B. thuringiensis komersil juga telah diformulasikan sebagai insektisida untuk dedaunan, tanah, lingkungan perairan, dan fasilitas penyimpanan makanan. Contoh penggunaan B. thuringiensis pada lingkungan perairan adalah mengontrol nyamuk, lalat, dan larva serangga pengganggu lain pada waduk penampung air minum. Setelah diaplikasikan ke suatu ekosistem tertentu, sel vegetatif dan spora akan bertahan pada lingkungan sebagai komponen alami mikroflora dalam hitungan minggu, bulan, atau tahunan dan perlahan-lahan akan berkurang jumlahnya. Namun, ICP secara biologis akan inaktif dalam hitungan jam atau hari.

Aplikasi produk B. thuringiensis dapat menyebabkan pekerja lapangan terpapar secara aerosol ataupun melalui kontak dermal, serta mengkontaminasi makanan dan minuman pada lahan pertanian. Namun, menurut hingga tahun 1999, belum ada laporan yang menunjukkan efek parah dari kontaminasi B. thuringiensis pada manusia, kecuali terjadinya iritasi mata dan kulit. Namun, sel vegetatif B. thuringiensis berpotensi memproduksi racun yang mirip dengan yang dihasilkan oleh Bacillus cereus dan belum diketahui apakah dapat menyebabkan penyakit manusia atau tidak. Penggunaan produk B. thuringiensis juga diketahui menimbulkan resitensi pada sebagian insekta, seperti Plodia interpunctella, Cadra cautella, Leptinotarsa decemlineata, Chrysomela scripta, Spodoptera littoralis, Spodoptera exigua, sehingga penggunaan produk tersebut untuk tujuan pengendalian hama harus lebih diperhatikan.

Keragaman Salak Indonesia

Salak adalah sejenis palma dengan buah yang biasa dimakan.Dalam bahasa Inggris disebut salak atau snake fruit, sementara nama ilmiahnya adalah Salacca zalacca. Buah ini disebut snake fruit karena kulitnya mirip dengan sisik ular.

Secara Botanai salak merupakan tanaman palma berbentuk perdu atau hampir tidak berbatang, berduri banyak, melata dan beranak banyak, tumbuh menjadi rumpun yang rapat dan kuat. Batang menjalar di bawah atau di atas tanah, membentuk rimpang, sering bercabang, diameter 10-15 cm.

Daun majemuk menyirip, panjang 3-7 m; tangkai daun, pelepah dan anak daun berduri panjang, tipis dan banyak, warna duri kelabu sampai kehitaman. Anak daun berbentuk lanset dengan ujung meruncing, berukuran sampai 8 x 85 cm, sisi bawah keputihan oleh lapisan lilin.
Karangan bunga jantan.

Manfaat Batang Kelapa Sawit

Miliaran Rupiah Yang Terpendam Dalam Onggokan Batang Kelapa Sawit Pada saat Peremajaan

Manfaat Batang Kelapa Sawit

Saat ini luas perkebunan kelapa sawit di indonesia sedikitnya 11 juta Ha. selain menunjukan prospek minyak nabati yang melimpah, luasan perkebunan kelapa sawit ini memicu kekhawatiran melimpahnya batanh sawit saat masa peremajaan atau regenerasi perkebunan.

Lihat juga budidaya tanaman kelapa sawit >>

Ciplukan Dan Manfaatnya


Ciplukan Dan Manfaatnya
Ceplukan atau ciplukan adalah nama sejenis buah kecil, yang ketika masak tertutup oleh perbesaran kelopak bunga. Buah ini juga dikenal dengan pelbagai nama daerah seperti cecenet atau cecendet (Sd.), nyurnyuran (Md.), dan kopok-kopokan (Bl.).

Herba berumur setahun, tegak, tinggi s/d 1 m. Batang berusuk (=angulata) bersegi tajam dan berongga. Daun berbentuk bundar telur memanjang berujung runcing, dengan tepi rata atau tidak, 2,5-10,5 × 5-15 cm.

Bunga di ketiak, dengan tangkai yang tegak, keunguan, dan dengan ujung yang mengangguk. Kelopak berbagi lima, dengan taju yang bersudut tiga dan meruncing, hijau dengan rusuk keunguan. Mahkota serupa lonceng, berlekuk lima dangkal, kuning muda dengan noda kuning tua dan kecoklatan di leher bagian dalam, 7-9 mm tingginya. Tangkai sari kuning pucat dengan kepala sari biru muda.

Buah dalam bungkus kelopak yang menggelembung berbentuk telur berujung meruncing, hijau muda kekuningan, dengan rusuk keunguan, 2-4 cm panjangnya. Buah buni di dalamnya bulat memanjang, 1,5-2 cm, kekuningan jika masak, manis dan disukai anak-anak.

Ciplukan Dan Manfaatnya Klasifikasi ilmiah
     Kerajaan:     Plantae
          Divisi:     Magnoliophyta
               Kelas:     Magnoliopsida
                   Ordo:     Solanales
                        Famili:     Solanaceae
                             Genus:     Physalis
Nama binomial
P. angulata L
P. minima P. peruviana
Ciplukan Dan Manfaatnya

Manfaat
1. Influenza dan Sakit Influenza Tenggorokan.
Tumbuhan Ciplukan (semua bagian) yang sudah dipotong-potong seukuran 3-4 cm dijemur, lalu dibungkus agar tidak lembab lagi. Kemudian ambil kira-kira sebanyak 9-15 gram direbus, airnya diminum. Lakukan sebanyak 3 kali sehari, atau sesuai kebutuhan dan atau petunjuk resep.

Resep nomor satu bisa juga diberlakukan terhadap beberapa penyakit, seperti: batuk rejan (pertusis), bronchitis (radang saluran napas), gondongan (paroritis), pembengkakan buah pelir (orchitis).

2. Kencing manis (diabetes). Sama dengan nomor satu. Tetapi pada saat merebus, rebuslah dengan 2 gelas air, hingga tersisa 1 gelas. Setelah dingin disaring, minum sekaligus pada pagi hari. Ampasnya bisa direbus sekali lagi, guna diminum pada sore harinya.
3. Sakit paru-paru. Sama dengan nomor satu. Saat merebus, gunakan 3-5 gelas air. Setelah mendidih, dinginkan dan saring, minum airnya 3 kali sehari.
4. Ayan. Buah Ciplukan 8 – 10 butir dimakan setiap hari.

Selain untuk penyakit dalam, Ciplukan juga bisa digunakan sebagai obat luar. Cara pemakaiannya:

1. Bisul. Daun Ciplukan sebanyak 1/2 genggam dicuci bersih lalu digiling halus. Turapkan pada bisul, lalu dibalut. Diganti 2 kali sehari
2.Borok. Daun Ciplukan sebanyak 1/2 genggam dicuci lalu digiling halus. Tambahkan air kapur sirih secukupnya, lalu diturapkan ke borok. Ganti 2 kali sehari.

Antara Membasmi Dan Mengendaliakan Hama

Membasmi dan Menanggulangi Hama manakah yang lebih baik untuk alam..??? ini bukan tentang perbedaan redaksi tulisan atau yang lainnya. melainkan ini merupakan kearifan terhadap lingkungan tempat kita tinggal.
Budidaya Kelapa Sawit

Membasmi hama
Membasmi hama adalah menghabiskan semua organisme pengganggu yang ada di lahan Budidaya pertanian khususnya. menghabiskan organisme ini adalah tindakan yang kurang baik terhadap keseimbangan ekosistem alami. sehingga organisme yang bermanfaat bagi budidaya pertanian juga ikut habis akibat metode ini yang digunakan.

Berbagai cara manusia dalam membasmi hama tanaman, mulai cara yang bersifat konvensional dari cara pembasmian hama dengan menggunakan alat sederhana yaitu dengan menggunakan tangan ataupun dengan menggunakan alat biasa, maka dengan semakin bertambahnya luas areal pertanian dari tahun ke tahun maka persoalan pembasmian hama menjadi sebuah pertanyaan yang harus segera di jawab sehinggan diharapkan nantinya ketahanan pangan bisa meningkat, sejalan dengan semakin bertambah canggihnya ilmu pengetahuan manusia berusaha untuk membasmi hama dengan seefisien mungkin menggunakan teknologi tersebut, sejalan dengan hal tersebut peningkatan kemajuan dalam bidang pelaksanaan pembasmian hama, landasannya adalah penelitian yang ditangani oleh para ahli : pertanian, tumbuh-tumbuhan, hama/ penyakit, kimia, mesin tehnologi makanan, gizi dan sebagainya.
akhirnya untuk dapat menghadapi hama tanaman hingga kini tetap berlaku landasan yang menggerakkan manusia, ialah :
- cinta kasih terhadap segala yang ditanamnya
- Takut akan kelaparan atau Rugi
Cara-cara membasmi hama dapat dijalankan secara langsung maupun tidak langsung terhadap hamanya. mana yang lebih baik membasmi telur, ulat/uret kupu-kupu atau kumbangnya terlebih dahulu. persoalan ini tidak mungkin bisa di temukan jawabannya secara langsung.
ada kalanya membasmi kupu-kupu secara langsung, namun ada kalanya ulat/uretnya. yang paling efektif adalah membasmi setiap tingkatan hidup serangga hama yang ditemukan. pada umumnya pembasmian hama dapat dilaksanakan dengan cara seperti di bawah ini :

1. Secara Mekanis
Cara mekanis ini kebanyakan sederhana penerapannya maupun sarananya, ialah sebagai berikut :

A. Bila menemukan gejala-gejala tertentu carilah biang keladinya. setelah ditemukan bunuhlah secara langsung. Cara ini dapat dijalankan atas iseng - iseng saja, bila tanamannya tidak banyak. telur, ulat/ uret, kupu-kupu dan kumbang harus dibasmi tanpa ampun.
B. Pasanglah perangkap untuk tikus, umpan-umpan yang menarik kupu-kupu, atau serangga lain yang mempunyai sifat tertarik oleh sinar lampu.
C. Mengeringkan atau menggenangi petakan-petakan sawah. pembasmian hama secara mekanis ini, bila dilakukan perseorangan dalam areal yang luas, hasilnya tidak akan memuaskan. Gerakan secara kolektif atau bergotong royong yang berencana dan terarah sepanjang ada tanaman merupakan usaha yang sangat perlu dianjurkan, bila dilaksanakan cara pembasmian tersebut diatas.

2. Secara Rotasi ( Membasmi Hama dengan mengatur Putaran Tanaman) 
Membasmi hama dengan mengatur jadwal penanaman menghindari serangan hama adalah senada dengan pembasmian hama secara alamiah.
Cara yang khusus ini di Indonesia diterapkan dalam pembasmian hama sundep dan tikus.

3. Membasmi Tanaman Inang Yang ditempati Hama
Tanaman inang adalah sejenis tanaman tempat hama yang tertentu dan terus berkembang biak, bilamana tanaman yang biasa diserangnya tidak ada. Misal jenis rumput dan leguminose klik disini merupakan tanaman inang untuk beberapa jenis ulat, uret atau jentik-jentik lalat.

4. Secara Biologis
Dalam melaksanakan pembasmian hama secaara biologis, manusia minta bantuan kepada musuh-musuh  ( Parasit atau Predators) hama yang bersangkutan. Predators klik disini dikembangbiakkan di laboratorium kemudian disebarkan di daerah tempat hama sedang terjangkit atau sudah merupakan hama yang endemis.

5. Dengan Bahan Kimia
untuk membasmi serangga hama dengan bahan kimia dipergunakan alat penyemprot yang sederhana hingga peralatan yang modern berbentuk motor penyemprot dan akhirnya dipergunakan pesawat udara. penyemprotan dengan kapal udara sekali terbang dapat mengamankan ratusan hektar, sekaligus membasmi hama yang dituju dan yang tidak dituju seperti predators, burung, unggas, ternak kecil dan semua penghuni air yang bermanfaat maupun yang tidak bermanfaat.

Sedangakan Pengendalian hama yaitu

Pengendalian hama adalah pengaturan makhluk-makhluk atau organisme pengganggu yang disebut hama karena dianggap mengganggu kesehatan manusia, ekologi, atau ekonomi. pengaturan ini dalam arti luas yaitu mengendalikan hama dalam skala yang dapapat memberi kerugian yang sangat besar dan menggunakan metode yang arif terhadap lingkungan sehingga keseimbangan ekosistem masih menjadi perioritas utama dalam konsep pengendalian hama.

Pengendalian hama berumur setidaknya sama dengan pertanian, lantaran petani perlu mempertahankan tanamannya dari serangan hama. Untuk memaksimalkan hasil produksi, tanaman perlu dilindungi dari tanaman dan hewan pengganggu.

Buah Dan Tanaman Matoa

Matoa (Pometia pinnata) adalah tanaman buah khas Papua, tergolong pohon besar dengan tinggi rata-rata 18 meter dengan diameter rata-rata maksimum 100 cm. Umumnya berbuah sekali dalam setahun. Berbunga pada bulan Juli sampai Oktober dan berbuah 3 atau 4 bulan kemudian. Penyebaran buah matoa di Papua hampir terdapat di seluruh wilayah dataran rendah hingga ketinggian ± 1200 m dpl. Tumbuh baik pada daerah yang kondisi tanahnya kering (tidak tergenang) dengan lapisan tanah yang tebal. Iklim yang dibutuhkan untuk pertumbuhan yang baik adalah iklim dengan curah hujan yang tinggi (>1200 mm/tahun). Matoa juga terdapat di beberapa daerah di Sulawesi, Maluku, dan Papua New Guinea. Buah matoa memiliki rasa yang manis.
 Budidaya Kelapa Sawit

Di Papua dikenal 2 jenis matoa, yaitu Matoa Kelapa dan Matoa Papeda. Ciri yang membedakan keduanya adalah terdapat pada tekstur buahnya, Matoa Kelapa dicirikan oleh daging buah yang kenyal seperti rambutan aceh, diameter buah 2,2-2,9 cm dan diameter biji 1,25-1,40 cm. Sedangkan Matoa Papeda dicirikan oleh daging buahnya yang agak lembek dan lengket dengan diamater buah 1,4-2,0 cm. Tanaman ini mudah beraptasi dengan kondisi panas maupun dingin. Pohon ini juga tahan terhadap serangga, yang pada umumnya merusak buah.

Ekologi Tempat Tumbuh
Kondisi umum tanah tempat tumbuh matoa di daerah Manokwari dan Jayapura.
Ketinggian tempat (m dpl) 2 - 153 73 - 156
Topografi Datar - Curam Datar - Landai
Teksktur tanah Berlempung – Berpasir, berkarang, berbatu Lempung – Pasir berlempung
Warna tanah Coklat – Coklat kemerahan Coklat – Coklat kemerahan
Drainase Baik - Buruk Baik - Buruk
Intensitas cahaya (%) 70 - 100 70 - 100
Budidaya Kelapa Sawit

Dalam proses budidaya tanaman matoa sangat sulit dilakukan di luar daerah dari asal penyebarannya seperti di papua. Namun, dengan teknik tertentu kemungkinan keberhasilan untuk membudidayakan tanaman matoa memiliki peluang berhasil. kesulitan terhadap proses budidaya tanaman matoa adalah salah satunya kondidi lingkungan yang kurang mendukung dan tidak sesuai dengan daerah penyebaran aslinya. sehingga biji biji matoa sangat sulit untuk di kecambahkan. biji matoa memiliki masa dormansi yang relatip sama dengan biji kelengkeng dan tanaman rambutan. Namun mengapa proses perkecambahan sangat sulit dilakukan, hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh suhu dan juga intensitas cahaya matahari. Namun proses perkecambahan sangat mungkin di lakukan dimana saja asalkan memenuhu syarat tumbuh tanaman ini. dan menjauhkan dari jangkauan sinar matahari juga merupakan metode yang sedang di kembangkan untuk mengetahui keberhasilan proses perkecambahan biji matoa.

Peluang Budidaya dan pengembangan

Di Indonesia masih sangat sedikit petani yang mencoba membudidayakan tanaman ini khususnya di daerah pusat penyebarannya. hal ini dikarenakan masih kurangnya proses pengenalan buah yang sangat manis dan hampir menyerupai dengan kelengkeng ini. sehingga geliat petani untuk mengembangkannya masih kurang. Namun, jika di kaji lebih jauh, tanaman matoa ini sangat memiliki peluang pasar yang sangat luas dalam bidang Agribisnisnya. dalam artian masih belum di temukannya produk produk olahan dari matoa. dan juga peluang untuk mengenalkan buah khas dari indonesia ini ke wilayah internasional.

Khasiat Buah Matoa 

Kulit dan bentuk dari buah ini sekilas seperti buah kedondong, dengan warna kulit hijau kecoklatan dengan bentuk oval. Cangkangnya tidak terlalu keras sehingga memudahkan untuk dibuka dan memiliki selaput tipis sebagai pembungkus di dalamnya, tekstur dari buah ini seperti buah kelengkeng yang sedikit kenyal. Buah ini memiliki kandungan yang kaya akan vitamin C dan E namun memiliki kandungan glukosa yang jenuh. Dikatakan jika mengkonsumsi buah ini terlalu berlebihan dapat membuat mabuk atau teler.

Di papua, buah ini memiliki dua jenis matoa, yaitu matoa kelapa dan matoa papeda. Perbedaannya terdapat pada tekstur buah, jenis matoa kelapa memiliki tekstur yang kenyal dan dapat mengelupas mudah dari bijinya, sedangkna jenis matoa papeda memiliki tekstur daging yang agak lembek dan lengket. Buah ini akan tumbuh baik dengan iklim curah hujan yang tinggi.

Selain dengan keunikan rasa dan aromanya, buah matoa ini memiliki khasiat, seperti kandungan vitamin C yang terdapat didalam buah ini berfungsi sebagai antioksidan yang dapat menangkal radikal bebas dan berguna untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Sedangkan kandungan vitamin E yang terdapat di dalam buah ini berguna untuk membantu meringankan stress, memberikan nutrisi kepada kulit, dan dapat menangkal resiko penyakit kanker dan penyakit jantung koroner.

Manfaat Daun Pepaya

Pepaya (Carica papaya L.), atau betik adalah tumbuhan yang berasal dari Meksiko bagian selatan dan bagian utara dari Amerika Selatan, dan kini menyebar luas dan banyak ditanam di seluruh daerah tropis untuk diambil buahnya. C. papaya adalah satu-satunya jenis dalam genus Carica. Nama pepaya dalam bahasa Indonesia diambil dari bahasa Belanda, "papaja", yang pada gilirannya juga mengambil dari nama bahasa Arawak, "papaya". Dalam bahasa Jawa pepaya disebut "katès" dan dalam bahasa Sunda "gedang".

Manfaat Daun Pepaya

Manfaat buah pepaya: Pepaya memiliki manfaat yang banyak karena pepaya banyak mengandung vitamin A yang baik untuk kesehatan mata, pepaya juga memperlancar pencernaan bagi yang sulit buang air besar. Di beberapa tempat buah pepaya setengah matang dijadikan rujak buah manis bersama dengan buah bengkoan, nanas, apel, belimbing, jambu air. Getah buah pepaya juga tergolong mahal karena getah pepaya bida diolah menjadi tepung papain yang berguna bagi kebutuhan rumah tangga dan industri. Pada pengobatang herbal pepaya dapat mencegah kanker, sembelit, kesehatan mata. Selain beragam manfaat yang terdapat di dalam buah pepaya, terdapat juga beragam manfaat yang terdapat di dalam daun pepaya.

Manfaat Daun Pepaya  

1.  Manfaat Daun Pepaya membantu memperlancar ASI.  ambil 3 lembar daun muda, remaslah daunnya letakkan diatas  api hingga layu, dalam keadaan hangat segera tempelkan pada sekeliling payudara. Bagian putingnya jangan

2.      Manfaat Daun Pepaya Sebagai Obat Jerawat.
Bagi yang tidak pede mempunyai wajah berjerawat. Terutama wanita yang selalu ingin tampil cantik, dapat mengobatinya yaitu dengan membuatnya menjadi masker.
Cara membuat maskernya : ambil 2-3 lembar daun pepaya / sekitar 30g yang sudah tua. Kemudian di jemur hingga layu kemudian di haluskan. Tambahkan satu setengah sendok air bersih / 30cc, kemudian bisa  di buat maskeran untuk mengobati jerawat. lebih baik lagi getah pepayamuda di oleskan pada bagian berjerawat di lakukan rutin hingga sembuh jerawatnya
Manfaat Daun Pepaya

3.      Manfaat Daun Pepaya melancarkan pencernaan
Tumbuhan dari Daun pepaya memiliki kandungan kimia senyawa karpain. Zat itu dapat membunuh mikroorganisme yang sering mengganggu fungsi pencernaan.

4.      Manfaat Daun Pepaya untuk menambah nafsu makan.
Bagi anda yang susah makan, silahkan ambil daunnya yang segar dan memiliki ukuran sebesar telapak tangan, tambahkan sedikit garam dan air hangat setengah cangkir / 200cc, Campur semua lalu diblender. Kemudian saring airnya tambahkan madu 2 sendok aduklah dan santap dalam keadaan hangat. buat lagi hingga nafsu selera makan normal kembali.
5.      Manfaat Daun Pepaya mengobati demam berdarah
Siapa sangka kalau pepaya juga dapat untuk menyembuhkan gejala demam berdarah. Coba ambil 5 lembar daun muda. Tambahkan setengah liter air lalu direbus sampai tinggal  tiga perempatnya saja / satu gelas tambahkan sedikit garam, madu 2 sendok. minum selagi masih hangat. buatlah 1 hari 3x pagi sore dan menjelang tidur hingga gejala demam berdarah sembuh.
6.      Manfaat Daun Pepaya mengobati Nyeri haid
Pada zaman dulu wanita jika menjelang haid sering memanfaatkan untuk mengobati nyeri haid. Ambil 1 lembar daun muda, tambahkan asam jawa dan garam. Lalu campur dengan segelas air / 250 cc dan Rebus. ambil airnya dan tambahkan madu 2 sendok aduklah.  minumnya setelah dingin.
7.      Manfaat Daun pepaya Anti kanker
Hal ini masih belum pasti, tapi dari beberapa penelitian bahwa manfaat daun pepaya juga dapat dikembangkan sebagai anti kanker. Sebenarnya bukan hanya daunnya saja melainkan batang pepaya juga dapat digunakan. Karena keduanya memiliki milky latex (getah putih seperti susu).

BUAH SAWO DUREN "yang terlupakan"

BUAH SAWO DUREN


buah yang satu ini merupakan buah yang sudah mulai terlupakan oleh lidah masyarakat. buah yang memiliki rasa manis dengan daging buah yang lembut dan pastinya getah yang biasanya membuat mulut terasa lengket ini memiliki banyak manfaat. bahkan di negara - negara eropa buah ini menjadi salah satu buah yang sangat di gemari karena segudang manfaat dari seluruh buahnya. baik itu kulit maupun getah yang terdapat di buahnya. untuk lebih jelas....yuk di kupas buahnya....











BUAH SAWO DUREN

Klasifikasi
Kerajaan:                     Plantae
Supkerajaan:                Tracheobionta
Divisi:                          Magnoliophyta 
Supdivisi:                     Spermatophyta
Kelas:                           Magnoliopsida
Supkelas:                      Dilleniidae
Ordo:                           Ericales
Famili:                          Sapotaceae
Genus:                          Chrysophyllum
Spesies:                        C. cainito


Sawo duren adalah nama sejenis buah dari suku sawo-sawoan (Sapotaceae). Buah ini juga dikenal dengan nama sawo apel, sawo ijo atau apel ijo (Jw.), sawo hejo (Sd.), sawo kadu (Banten), dan kenitu atau manécu (Jatim).

Nama-nama dalam pelbagai bahasa asing misalnya di Filipina dengan sebutan cainito, Inggris dengan sebutan caimito dan star apple, Thailand dengan sebutan sataa appoen serta Malaysia dengan sebutan sawu duren dan pepulut. Buah ini dikenal pula dengan aneka nama lain seperti chicle durian, sterappel, golden leaf tree, abiaba, pomme de lait, estrella, aguay dan lain-lain. Nama ilmiahnya adalah Chrysophyllum cainito.

Pohon yang selalu hijau dan tumbuh cepat, tinggi hingga 30 m, dengan batang berkayu, silindris, tegak, pepagan berpermukaan kasar berwarna cokelat, abu-abu gelap sampai keputihan; dengan banyak bagian pohon yang mengeluarkan lateks --getah putih yang pekat-- manakala dilukai.

Daun tunggal berwarna coklat-keemasan (chrysophyllum berarti daun yang berwarna keemasan), karena bulu-bulu halus yang tumbuh terutama di sisi bawah daun dan di rerantingan; permukaan atasnya lekas gundul dan berwarna hijau cerah. Duduk daun berseling, memencar, bentuk lonjong sampai bundar telur terbalik, 3-6 x 5-16 cm, seperti kulit, bertangkai 0,6-1,7 cm panjangnya.

Perbungaan terletak di ketiak daun, berupa kelompok 5-35 kuntum bunga kecil-kecil bertangkai panjang, kekuningan sampai putih lembayung, harum manis. Kelopak 5 helai, bundar sampai bundar telur; mahkota bentuk tabung bercuping 5, bundar telur, panjang sampai 4 mm.

Buah ini berbentuk bulat hingga bulat telur sungsang, berdiameter 5-10 cm, dengan kulit buah licin mengkilap, coklat keunguan atau hijau kekuningan sampai keputihan. Kulit agak tebal, liat, banyak mengandung lateks dan tak dapat dimakan. Daging buah putih atau keunguan, lembut dan banyak mengandung sari buah, manis, membungkus endokarp berwarna putih yang terdiri dari 4-11 ruang yang bentuknya mirip bintang jika dipotong melintang. Biji 3-10 butir, pipih agak bulat telur, coklat muda sampai hitam keunguan, keras berkilap.

Kegunaan
Sawo duren umumnya dikonsumsi sebagai buah segar, meski juga dapat digunakan sebagai bahan baku es krim atau serbat (sherbet). Pohon sawo duren menghasilkan buah setelah berumur 5-6 tahun, dan biasanya musim puncak buah itu di Jawa terjadi pada musim kemarau.

Banyak bagian pohon yang berkhasiat obat; misalnya kulit kayunya, getah, buah dan biji. Rebusan daunnya dipakai untuk menyembuhkan diabetes dan rematik. Dari pepagannya (kulit kayu) dihasilkan obat kuat dan obat batuk.

Pohonnya kerap digunakan sebagai tanaman hias dan peneduh di taman-taman dan tepi jalan. Kayunya cukup baik sebagai bahan bangunan. Dan cabang-cabangnya yang tua dimanfaatkan untuk menumbuhkan anggrek.

Penyebaran
Sawo duren berasal dari dataran rendah Amerika Tengah dan Hindia Barat. Karena manfaatnya, kini sawo duren telah menyebar ke seluruh daerah tropis. Di Asia Tenggara, sawo duren banyak ditanam di Filipina, Thailand dan Indocina bagian selatan.

Analisis Keberlanjutan Sistem Pertanian


BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pertanian merupakan bidang yang sangat penting untuk menunjang kehidupan umat manusia. Perkembangan pertanian diawali dari perubahan sosial yang terjadi di masyarakat prasejarah, yaitu perubahan dari budaya food gathering (berburu dan meramu) menjadi food producing (bercocok tanam). Sejak periode bercocok tanam tersebut, bidang pertanian selalu mengalami perkembangan sesuai dengan tuntutan zaman. Bahkan sejak revolusi industri di Inggris akhir abad ke-18, industri pertanian, termasuk juga industri pengolahan hasil pertanian dan industri pangan, berkembang dengan pesat.
Perkembangan bidang pertanian yang begitu pesat, ternyata menimbulkan permasalahan tersendiri. Menurut Kasumbogo-Untung (2010), penerapan pertanian konvensional yang selama ini dilakukan antara lain: (1) Peningkatan erosi permukaan, banjir dan tanah longsor, (2) Penurunan kesuburan tanah, (3) Hilangnya bahan organik tanah, (4) Salinasi air tanah dan irigasi serta sedimentasi tanah, (5) Peningkatan pencemaran air dan tanah akibat pupuk kimia, pestisida, limbah domestic, (6) Eutrifikasi badan air, (7) Residu pestisida dan bahan-bahan berbahaya lain di lingkungan dan makanan yang mengancam kesehatan masyarakat dan penolakan pasar, (8) Pemerosotan keanekaragaman hayati pertanian, hilangnya kearifan tradisional dan budaya tanaman local.
Penerapan pertanian konvensional pada awalnya mampu meningkatkan produktivitas pertanian dan pangan secara nyata, sehingga mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan manusia. Tetapi ternyata diketahui kemudian efisiensi produksi semakin lama semakin menurun karena pengaruh umpan balik berbagai dampak samping yang merugikan.
Untuk memecahkan masalah-masalah tersebut, para pakar mengeluarkan gagasan mengenai pertanian berkelanjutan. Dengan konsep pertanian berkelanjutan diharapkan sistem pertanian dapat bertahan sesuai dengan perkembangan zaman, yaitu untuk memenuhi kebutuhan manusia pada masa sekarang dan masa yang akan datang. Food and Agriculture Organization (FAO) mendefinisikan pertanian berkelanjutan sebagai manajemen dan konservasi basis sumberdaya alam, dan orientasi perubahan teknologi dan kelembagaan guna menjamin tercapainya dan terpuaskannya kebutuhan manusia generasi saat ini maupun mendatang. Pembangunan pertanian berkelanjutan menkonservasi lahan, air, sumberdaya genetik tanaman maupun hewan, tidak merusak lingkungan, tepat guna secara teknis, layak secara ekonomis, dan diterima secara sosial (FAO, 1989). Sedangkan Thrupp (1996) menjelaskan pertanian perkelanjutan sebagai praktek-praktek pertanian yang secara ekologi layak, secara ekonomi menguntungkan, dan secara sosial dapat dipertanggung jawabkan. Dalam pengertian tersebut, dapat dikatakan bahwa petanian berkelanjutan bertumpu pada 3 pilar, yaitu ekologi, ekonomi, dan sosial.
Pada hikikatnya sistem pertanian berkelanjutan adalah kembali kepada alam, yaitu sistem pertanian yang tidak merusak, tidak mengubah, serasi, selaras dan seimbang dengan lingkungan atau pertanian yang patuh dan tunduk pada kaidah-kaidah alamiah. Kata “berkelanjutan” sekarang ini digunakkan secara meluas dalam lingkup program pembangunan, keberlanjutan dapat diartikan sebagai ”menjaga agar suatu upaya terus berlangsung”, ”kemampuan untuk bertahan dan menjaga agar tidak merosot”. Dalam konteks pertanian, keberlanjutan adalah pengelolaan sumberdaya yang berhasil untuk usaha pertanian guna membantu kebutuhan manusia yang berubah sekaligus mempertahankan atau meningkatkan kualitas lingkungan dan melestarikan sumber daya alam.
Definisi komprehensif bagi pertanian berkelanjutan meliputi komponen-komponen fisik, biologi dan sosial ekonomi, yang direpresentasikan dengan sistem pertanian yang melaksanakan pengurangan input bahan-bahan kimia dibandingkan pada sistem pertanian tradisional, erosi tanah terkendali, dan pengendalian gulma, memiliki efisiensi kegiatan pertanian (on-farm) dan bahan-bahan input maksimum, pemeliharaan kesuburan tanah dengan menambahkan nutrisi tanaman, dan penggunaan dasar-dasar biologi pada pelaksanaan pertanian.
Salah satu pendekatan pertanian berkelanjutan adalah input minimal (low input) secara khusus ditulis oleh Franklin H. King dalam bukunya Farmers of Forty Centuries. King membandingkan penggunaan input minimal dan pendekatan berkelanjutan pada pertanian daratan Timur (oriental) dengan apa yang dia lihat sebagai kesalahan metoda yang digunakan petani Amerika. Gagasan King adalah bahwa sistem pertanian memiliki kapasitas internal yang besar untuk melakukan regenerasi dengan menggunakan sumberdaya-sumberdaya internal.
Siapapun yang bergerak di bidang pertanian seharusnya berbagi kepedulian yang lebih luas pada masyarakat dalam mendukung lingkungan yang bersih dan nyaman. Selama sepuluh tahun terakhir, telah terjadi paradigma yang mengangkat masyarakat pertanian dari kondisi yang mengharuskan produktivitas lebih tinggi menuju suatu kondisi masyarakat yang peduli pada keberlanjutan. Hal ini dirasakan sebagai suatu kesalahan bahwa produktivitas yang tinggi dari kegiatan pertanian konvensional telah menimbulkan biaya kerusakan yang cukup siginifikan terhadap lingkungan alam dan disrupsi masalah sosial. Dalam usaha mengalihkan konsekuensi-konsekuensi negatif pertanian konvensional, beberapa format sistem pertanian berkelanjutan yang berbeda telah direkomendasikan sebagai alternatif-alternatif untuk mencapai tujuan sistem produksi pertanian yang dapat menguntungkan secara ekonomi dan aman secara lingkungan. Tetapi kriteria yang paling penting untuk kebanyakan petani dalam mempertimbangkan suatu perubahan usaha tani adalah keingingan memperoleh hasil yang layak secara ekonomi.
1.2. Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan praktikum pertanian berkelanjutan ini adalah untuk :
1. Meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang pentingnya pertanian berkelanjutan.
2. Mengukur keberlanjutan pola tanam yang telah diterapkan oleh petani apakah telah memenuhi indicator keberlanjutan system pertanian.
3. Mengenal beberapa pola tanam pertanian berkelanjutan.
4. Membandingkan pola tanam pertanian konvensional dengan pola tanam berbasis pertanian berkelanjutan.
5. Memberikan pengalaman kepada mahasiswa dalam hal komunikasi terhadap petani.
6. Memberikan pengetahuan kepada mahasiswa dalam mengamati perkembangan system pertanian.
7. Meningkatkan kesadaran mahasiswa dan para petani untuk senantiasa melakukan upaya mempertahankan keberlanjutan system pertanian melalui penerapan praktek pertanian yang berwawasan lingkungan lestari.



BAB II
TINJAUN PISTAKA
Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) adalah pemanfaatan sumber daya yang dapat diperbaharui (renewable resources) dan sumber daya tidak dapat diperbaharui (unrenewable resources) untuk proses produksi pertanian dengan menekan dampak negatif terhadap lingkungan seminimal mungkin. Keberlanjutan yang dimaksud meliputi : penggunaan sumberdaya, kualitas dan kuantitas produksi, serta lingkungannya. Proses produksi pertanian yang berkelanjutan akan lebih mengarah pada penggunaan produk hayati yang ramah terhadap lingkungan (Kasumbogo Untung, 1997).
(FAO/WHO Codex Alimentarius Commission, 1999). Pertanian organic merupakan salah satu bagian pendekatan pertanian berkelanjutan, yang di dalamnya meliputi berbagai teknik sistem pertanian, seperti tumpangsari (intercropping), penggunaan mulsa, penanganan tanaman dan pasca panen. Pertanian organik memiliki ciri khas dalam hukum dan sertifikasi, larangan penggunaan bahan sintetik, serta pemeliharaan produktivitas tanah.

Bahan organik adalah bagian dari tanah yang merupakan suatu sistem kompleks dan dinamis, yang bersumber dari sisa tanaman dan atau binatang yang terdapat di dalam tanah yang terus menerus mengalami perubahan bentuk, karena dipengaruhi oleh faktor biologi, fisika, dan kimia (Kononova, 1961).
Bahan organik memiliki peran penting dalam menentukan kemampuan tanah untuk mendukung tanaman, sehingga jika kadar bahan organik tanah menurun, kemampuan tanah dalam mendukung produktivitas tanaman juga menurun. Menurunnya kadar bahan organik merupakan salah satu bentuk kerusakan tanah yang umum terjadi. Kerusakan tanah merupakan masalah penting bagi negara berkembang karena intensitasnya yang cenderung meningkat tercipta tanah-tanah rusak yang jumlah maupun intensitasnya meningkat. Kerusakan tanah secara garis besar dapat digolongkan menjadi tiga kelompok utama, yaitu kerusakan sifat kimia, fisika dan biologi tanah. Kerusakan kimia tanah dapat terjadi karena proses pemasaman tanah, akumulasi garamgaram (salinisasi), tercemar logam berat, dan tercemar senyawa-senyawa organik dan xenobiotik seperti pestisida atau tumpahan minyak bumi (Djajakirana, 2001).
The International Federation of Organic Agriculture Movements (IFOAM) menyatakan bahwa pertanian organik bertujuan untuk: (1) menghasilkan produk pertanian yang berkualitas dengan kuantitas memadai, (2) membudidayakan tanaman secara alami, (3) mendorong dan meningkatkan siklus hidup biologis dalam ekosistem pertanian, (4) memelihara dan meningkatkan kesuburan tanah jangka panjang, (5) menghindarkan seluruh bentuk cemaran yang diakibatkan penerapan teknik pertanian, (6) memelihara keragaman genetik sistem pertanian dan sekitarnya, dan (7) mempertimbangkan dampak sosial dan ekologis yang lebih luas dalam sistem usaha tani.
Kriteria sistem pertanian berkelanjutan : Keberlanjutan Secara Ekonomi, Pola pertanian yang dikembangkan bisa menjamin infestasi dalam bentuk tenaga dan biaya yang telah dikeluarkan petani, dan hasil yang didapat petani mencukupi kebutuhan keluarganya secara layak. Keberlanjutan ekonomi berarti juga meminimalkan atau bahkan meniadakan biaya eksternal dalam proses produksi pertanian. Dalam poin keberlanjutan ekonomi ini, masih banyak terlihat bahwa petani (dan pertanian) kita belum sustain secara ekonomi dalam pengelolaan pertaniannya. Sebagai contoh, di lapangan penulis banyak menjumpai petani yang harus (terus-menerus) berutang menjelang musim tanam (untuk biaya produksi dan alat). Ketergantungan petani atas input dari luar (terutama pupuk dan pestisida) adalah bukti paling nyata. Jadi kita harus memulai (saat ini juga) memperkenalkan kepada para petani kita beberapa alternatif model pertanian, semisal LEISA (Low External Input and Sustainable Agriculture). Dimana dengan LEISA ini kemandirian petani lebih terjamin, selain itu juga ramah lingkungan. Di beberapa tempat lain, system pertanian hutan-tani (agroforestry) justru dapat menjadi jalan keluar. Keberlanjutan Ekologi, Keberlanjutan ekologis adalah upaya mengembangkan agroekosistem agar memiliki kemampuan untuk bertahan dalam kurun waktu yang lama melalui pengelolaan terpadu untuk memelihara dan mendorong peningkatan fungsi sumber daya alam yang ada. Pengembangan sistem juga berorientasi pada keragaman hayati (biodiversity).
Beberapa kegiatan yang diharapkan dapat menunjang dan memberikan kontribusi dalam meningkatkan keuntungan produktivitas pertanian dalam jangka panjang, meningkatkan kualitas lingkungan, serta meningkatkan kualitas hidup masyarakat pedesaan adalah sebagai berikut: (1) pengendalian hama terpadu, (2) aplikasi sistem rotasi dan budidaya rumput, (3) konservasi lahan, (4) menjaga kualitas air/lahan basah, (5) aplikasi tanaman pelindung, (6) diversifikasi lahan dan tanaman, (7) pengelolaan nutrisi tanaman, (8) agroforestri (wana tani), (9) manajemen pemasaran, dan (10) audit dan evaluasi manajemen pertanian secara terpadu dan holistik.
Pengelolaan usaha pertanian berkelanjutan yang masih dapat dikembangkan dan dipadukan dengan budidaya yang lain, seperti peternakan dan perkebunan sehingga sebuah usaha tani akan mempunyai pendapatan yang sifatnya berkesinambungan dari mulai pendapatan bulanan, 3 bulanan, 6 bulanan sampai tahunan serta perencanaan pendapatan untuk jangka panjang serta penggunaan pupuk, pestisida maupun pemberantasan hama secara  organik/alami yang ramah lingkungan akan menyelamatkan air tanah/tanah dari pencemaranan bahan pestisida kimia/zat kimia lainnya dan juga untuk menjaga kesehatan manusia serta pemanasan global.
Menurut Suwardi (2009) Tumpang Sari Ramah Lingkungan merupakan salah satu teknik budidaya dengan beberapa jenis tanaman yang dikelola secara bersamaan dengan memperhitungkan masa panen tanaman tersebut. Pengertian ramah lingkungan disini, di samping mengurangi penggunaan bahan-bahan anorganik (pupuk kimia, pestisida) dan meningkatkan penggunaan bahan-bahan organik (Kompos, Bokashi, pupuk organik cair dll) serta dalam mengatasi/mengusir hama pun dengan cara alami, dengan pestisida alami, perasan air bawang putih untuk hama kutu putih ataupun dengan kecubung untuk hama pada padi dan tanaman hortikultura  serta buah jengkol untuk hama tikus, dsb. Juga berorientasi untuk menjaga keseimbangan antarkomponen ekosistem. Hal ini dilakukan untuk menjaga keragaman spesies (komoditas) serta menjamin kelestarian sumber daya pertanian, seperti lahan air, dan organisme-organisme yang hidup didalamnya yang bermanfaat bagi kestabilan ekosistem.
Tujuan dari teknik tersebut diantaranya :
Usaha pertanian mempunyai hasil panen yang berkesinambungan
Mencoba memaksimalkan pengolahan lahan
Mengefektifkan penanggulangan hama dan penyakit
Menghemat sarana produki pertanian
Menjaga konservasi air dan tanah dari pencemaran zat kimia
Mencegah pemanasan global (Global Warming)
Menjaga kesehatan manusia
Langkah awal untuk untuk budidaya tumpang sari adalah menentukan jenis tanaman yang akan dibudidayakan, baik untuk jenis tanaman jangka pendek, atau jangka panjang. Sebagai gambaran, misalkan pada lahan yang dikelola akan dibudidayakan tanaman karet yang merupakan budidaya jangka panjang. Hal ini akan lebih efektif jika diawali dengan pertanian hortikultura untuk budidaya jangka pendek, yaitu dengan budidaya cabai, sawi, tomat, labu, dan jenis sayuran lainnya atau palawija. Sampai tanaman karet kira-kira berumur 2,5 tahun, disela-selanya masih dapat dibudidayakan tanaman hortikultura. Jenis tanaman hortikultura atau sayuran juga masih dapat dilakukan secara tumpang sari dalam pengelolaannya, yaitu dengan memperhitungkan masa panen tanaman tersebut. Misalnya sayuran yang berumur pendek seperti sawi, bayam, kangkung dapat dipadukan atau ditanam secara bersama-sama dengan tanaman sayuran jangka menengah seperti kubis, tomat dan cabai.
Menanam cabai, kubis dan sawi secara bersamaan dalam satu lahan dan satu balur merupakan salah satu contoh tumpang sari tanaman sayuran dengan alur masa panen yang berkesinambungan. Tanaman sawi akan habis masa panennya lebih awal antara 25-40 hari, setelah sawi habis maka tanaman kubis yang mempunyai masa panen antara umur 65-80 hari menjadi panen yang kedua. Sedang tanaman cabai yang masa panennya antara umur 3-6 bulan akan mengisi panen yang berikutnya. Dengan adanya pengelolaan yang tepat dalam satu lahan akan menghasilkan tanaman sayuran secara berturut-turut.


BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada Desa njetis, Darmod kecamatn Landungsari. Pada tanggal 01 November 2012.
3.2. Analisa Data
Data hasil kajian Pustaka dikelompokkan berdasarkan sub pokok bahasan, kemudian dilakukan kajian secara diskriptif partisipatif yaitu menguraikan pokok masalah dengan kenyataan yang terjadi.
3.3. Pengumpulan data dari petani setempat.
pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan informasi dari satu areal bentang lahan (land scape) yang terdiri dari beberapa petani yang dituju dengan beberapa komuditas. Pengumpulan data dilakukan melalui pendekatan indept interview dengan petani, artinya mahasiswa melakukan wawancara dengan petani tentang beberpa hal yang berkaitan dengan praktek pertania yang beberapa hal yang berkaitan dengan praktek pertania yang telah dilakukan oleh petani dan mengisi lembar dat yang telah tersedia dalm buku panduan praktikum.
3.4. Survey lahan-lahan pertanian untuk mengevaluasi indicator keberlanjutan system pertanian.
Mahasiswa melakuakan survey ke lahan pertanian untuk melihat langsung beberapa sistem penanaman secara konvensional dan berbasis pertania berkelanjutan, kemudian melakukan penilaian tentang criteria pertania berkelanjutan ditingkat petani yang diusulkan oleh Van der Heide et al,. (1992) yaitu:
A. Apakah sitem pertanian tersebut dapat mempertahankan sumber alam sebagai penunjang produksi tanaman untuk jangka panjang, dengan cara:
1. Mengontrol erosi dan memperbaiki struktur tanah.
2. Mempertahankan kesuburan tanah dengan cara menjaga keseimbanagan hara.
3. Mengusahakan diversifikasa tanaman di lahan.
B. Apakah sistem pertanian tersebut dapat mempertahankan produktivitas lahan dengan tenaga kerja yang cukup malalui: swasembada penyediaan pangan, kayu bakar dan hasil sampingan lainnya. Pengamatn ini dapat dilakuakn dengan melakukan wawancara dengan petai tentang produktivitas lahan yang dihasilkan mencakup jenis tanaman apa saja. Apakah tanaman palawija, hortikultura, tanaman pepohonan dan hasil sampingan lainnya?
C. Apakah sistem pertania tersebut dapat mengatasi resiko gagal panen akibat musim yang kurang cocok, hama, penyakit, gulma dan turunnya harga pasaran, malalui:
1. Mempertahankan diversifikasi.
2. Mampu bertahan bila mengalami kagagalan dalam produksi.
D. Apakah sistem pertanian tersebut dapat menyediakan dan memberikan peluang untuk perbaikan dan pengembangan:
1. Penelitian pada tingkat petani untuk mendapatkan teknologi yang dibutuhkan.
2. Paket teknologi yang cocok untuk berbagai kondisi.


BAB IV
HASIL OBSERVASI
A. IDENTITAS OBSERVASI
1. Nama :  Ibu Raminten
2. Umur :
3. Pendidikan :  Sekolah Menengah Pertama (SMP)
4. Profesi Lain :  Peternak Sapi Perah
5. Alamat :  Jetis, Darmod
6. Lokasi Desa, kec.   :  Darmo, Landungsari
B. IDENTITAS LAHAN PERTANIAN
1. Luas Garapan (Ha) : ¼ (Ha)
a. Sawah (Ha) : ¼ (Ha)
b. Tegal (Ha) : -
2. Status lahan :
a. Milik sendiri b. Sewa c. Kerja sama d. Tebasan
3. Jenis tanaman yang ditanami : 1. Tanaman Pangan, Contoh: PADI.
        2. Serealia, Contoh: Kacang Tanah.
        3.Tanaman Hortikultura, Contoh: Tomat dan Bongkol.
C. TEKNIK BUDIDAYA
1. Sumber tenaga kerja :
a. Dikerjakn sendiri
b. Nggarapn Pakai tenaga hewan
c. Menggunakan tenagan orang lain
d. Menggunakan tenaga mesin
2. Urutan penggarapan :
a. Penggarapan pertama lahan sawa ditanami padi
b. Penggaran selanjutnya lahan sawah ditanami kacang tanah
c. Kemudian penggarapan yang terakhir adalah lahan sawah tersebut ditanami tanaman hortikultura, yaitu : tomat dan bongkol.
Penggarapan lahan dilakukan secara rotasi, yaitu dalam satu tahun ditanami tiga jenis tanaman seperti tanaman pangan (Padi). Selang 3 bulan pada saat padi telah panen maka penggarapan lahan sawah ditanami tanaman serealia (Kacang tanah), setelah kacang tanh panen penggarapan lahan sawah selanjutnya ditanami tanaman hortikultura yaitu tomat dan bongkol.
3. Penggunaan sarana produksi :
a. Obat-obatan :
Jenis : Pestisida
Jumlah : tergantung dari jenis tanaman yang di tanam sesuai
  dengan musimnya.
b. Pupuk Anorganik :
ZA (kg/ha) : -
Urea (kg/ha) :
TSP (kg/ha) : -
KCL (kg/hs) : -
N-P-K )kg/ha) : 200 kg
c. Pupuk Organik :
Jenis : Pupuk Kandang
Jumlah (Ku) : ± 250 kg
Asal : Kotoran sapi

Beberapa pertanyaan yang harus dijawab oleh petani :
1. Apakah petani merasakan penurunan produksi tanaman dari tahu ke tahun di lahannya?
Jawab : iya
2. Apakah petani berpendapat bahwa biaya produksi uahasa tani yang dikerjakan semakin meningkat?
Jawab : iya
3. Input apa yang dirasakn meningkat? (tenaga kerja, penggunaan pupuk, pestisida atau yang lainnya)?
Jawab : semua input yang dirasakan meningkat, namun yang paling meningkat adalah input ptenaga kerja, hal ini didasarkan pada luas lahan yang di kalikan dengan jumlah benih yang ditanam.
4. Apakah petani merasakan terjadinya penurunan kesuburan tanah?
Jawab : iya, hal ini terlihat dari aplikas pemberian pupuk kandang dan pengembalian residu alami. Yang dimaksudkan bertujuan untuk memperbaiki penurunan kesubura tanah selama penggarapn selama satu taanh.
5. Bagaiman upaya yang telah dilakuakan?
Jawab : hal pertama yang dilakukan oleh petani adalah beralihnya penggunaan pupuk anorganik menjadi penggunaan pupuk organic. Kemudian pengembalian residu alami ke lahan.
6. Apakah petani memahami dampak perubahan bahan organic terhadap kesuburan tanah?
Jawab : iya, petani memahami bahwa perubahan bahan organic terhadap kesuburan tanah. Petani menyatakan bahwa setelah pemkaian bahan organic lahan sawah yang diolah lebih subur meskipun hal tersebut membutuhkan jangka waktu yang cukup panjang, hal ini mengacu pada sifat bahan organic yang membutuhkan waktu lebih lama untuk tterdekomposisi.
7. Apakah yang dilakuakan petani terhadap sisa panen (bahan organic di sekitar lahannya)? (apakah dikomposkan, dibakar, dijadikan pakan ternak atau yang lainnya?)
Jawab : petani memperlakukan sisa panen dengan cara di kembalikan ke tanah yaitu sebagai residu alami dan sebagai pakan ternak.
Sisa panen padi dijadikan sebagai pakan ternak dan mulsa, sedangkan sisa panen kacang tanh dijadikan sebagai residu alami dan mulsa.
8. Apakah petani selalu menambahkan bahan organic ke lahan pertaniannya?
Jawab : iya.  petani selalu menambahkan bahan organic ke lahan pertaniannya, yang berupa pupuk kandang.
9. Bagaimana upaya petani untuk memperoleh bahan organic untuk lahannya?
Jawab : untuk memperoleh bahan organic untuk lahannya petani melakukan dengan cara berternak sapi perah.
10. Adakah dampak yang diamati oleh petani pada lahannya setelah mengaplikasikan bahan organic?
Jawab : dampaknya terlihat pada struktur tanah yang remah, awalnya struktur tanah lengket dan susah di oalh hal ini diakibatkan penggunaan pupuk anorganil (Urea), kemudian petani beralih menggunakan pupuk organic (pupuk kandang) sehingga megakibatkan tanah yang awalnya sulit diolah menjadi remah dan mudah di olah.

D. PRODUKSI.
1. Padi : 1.2 ton
2. Kacang tanah : 500 kg.
3. Tomat : 400 kg.
4. Brongkol : 200 kg.


BAB V
PEMBAHASAN
Lahan pertanian yang digunakan oleh petani tersebut merupakan lahan yang sudah turun temurun dan selalu dilakukan pengolahan yang sama sejak dari keluarga terdahulu. Tidak adanya perubahan cara pengolahan lahan inilah yang dapat memungkinkan terjadinya penurunan kualitas kesuburan dari lahan tersebut.
Dari hasil wawancara yang telah kami lakukan, bahwa petani telah merasakan adanya penurunan jumlah produksi dari lahan yang di manfaatkan. Penurunan ini telah dirasakan semenjak 5 tahun yang lalu. Produksi yang di hasilkan dari tanaman padi dengan varietas serang yang ditanam pernah menghasilkan hingga ± 1,5 ton dalam luasan lahan ¼ ha (6 ton/ha). Namun selang beberapa tahun kemudian produksi mulai menurun hingga yang paling rendah yaitu ± 1 ton dalam luasan ¼ ha.
Untuk menentukan apakah budidaya yang dilakukan dilahan ibu Raminten sudah berkelanjutan atau tidak, maka kita harus menilainya berdasarkan beberapa indikator. Hal inilah yang akan menjadi fokus pembahasan kali ini.
A. Indikator Penilaian Keberlanjutan.
1. Mempertahankan fungsi ekologi.
2. Berlanjut secara ekonomis.
3. Adil.
4. Manusiawi.
5. Luwes.

1. Mempertahankan fungsi ekologi.
Hal ini menyangkut pada ekosistem yang berada pada wilayah lahan yang d manfaatkan. Baik mulai dari unsure tanah, air, udara, dan keberadaan satwa di sekitar lahan.
Dari pengamatan yang dilakukan, unsure – unsure tersebut seperti tanah pada lahan yang di manfaatkan masih dapat memberikan asupan unsure hara kepada tanaman namun kurang maksimal, sehingga petani telah melakukan perbaikan tanah dengan menambahkan pupuk organic serta mengembalikan residu tanaman dari tanaman maupun gulma ke dalam tanah.
Untuk unsure air dan udara masih terliha sangat baik, system irigasi yang di gunakan juga berfungsi dengan baik, air masih terus tersedia dalam jumlah yang cukup.
2. Berlanjut secara ekonomis.
Petani yaitu ibu Raminten memiliki lahan pertanian seluas ± ¼ ha. Dengan pemanfaatan lahan secara rotasi, mulai dari system sawah yaitu padi dengan varietas serang, kacang tanah, dan tanaman hortikultur yaitu tomat dan bongkol.
Table jumlah produksi pemenfaatan lahan.
No Jenis tanaman Input Output
Kg Rp Kg Rp
1 Padi (serang) 1. NPK (50)
2. Pestisida
3. Bibit
4. Pekerja 50x1100x2 = 110000
-

10x20000x2 = 400000 1200 4000x1200 = 4800000
Jumlah Rp.510.000 1200 Rp.4.800.000
2 Kacang tanah 1. NPK
2. Pestisida
3. Bibit
4. Pekerja -
-

5x20000 = 100000 500 500x600 = 3000000
Jumlah Rp.100.000 500 Rp.3.000.000
3 a. Tomat
b. Bongkol 1. NPK
2. Pestisida
3. Bibit
4. Pekerja 50x1100 = 55000


10 x 20000 =  200000 400
200 400x2000 = 800000
200x4000 = 800000
Jumlah Rp.255.000 600 Rp.1.600.000
Total Rp.865.000 Rp.9.400.000

Keuntungan petani per bulan.
Output – Input/12
9.400.000 – 865.000/12 = 8.535.000/12 = 711.250

Selain bertani, ibu raminten juga memiliki ternak sapi pera yang hasilnya di jadikan tambahan penghasilan keluarga.
3. Adil.
Petani (termasuk ibu Raminten) sampai pada saat ini masih belum mampu menjadi penentu pasar, hal inilah yang membedakan sektor pertanian dengan sektor Industri, petani selalu mendapatkan perlakuan yang dinilai kurang  adil, dimana pengepul atau pedagang lebih banyak memperoleh proporsi keuntungan persatuannya dibanding keuntungan petani, padahal dari tingkat kesulitan jelas petani bekerja lebih berat  daripada pengepul atau pedagang pasar, bahkan  tidak jarang petani malah memperoleh kerugian saat panen tiba, ini dikarenakan harganya yang jatuh jauh dibawah normal.
4. Manusiawi.
Hal ini tentunya berkaitan erat dengan tingkat penghasilan serta kesejahteraan petani, dari keterangan petani setelah dilakukan perhitungan pendapatan ibu Raminten hanya sebesar ± 300 ribu per bulan, sehingga apabila kita lakukan perhitungan kasar dan menyesuaikan dengan kebutuhan hidup sehari-hari sudah barang tentu pendapatan tersebut masih kurang mencukupi untuk biaya hidup dan biaya pendidikan anak selama satu bulannya.
5. Luwes.
Dimana petani dituntut untuk bisa menyesuaikan diri dengan kondisi saat ini terutama masalah kualitas, namun kenyataannya produk-produk petani lokal saat ini masih jauh dari standar kualitas yang diharapkan, apalagi pasar ekspor sehingga nilai ekonomisnya menjadi rendah.





BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN.
System pertanian yang di lakukan oleh ibu raminten dapat dikatakan masih belum masuk dalam skala pertanian yang berkelanjutan menurut tingkat pendapatan yang di perolehnya. Hal ini di karenakan hasil produksi pertanian yang dihasilkan masih belum mampu mencukupi kebutuhan.
Dari hasil pengamatan, kami dapat menyimpulkan ibu raminten terlalu banyak menggunakan tenaga kerja dalam proses pengolahan maupun pada proses pemanenan. Hal ini seharusnya dapat di minimalisirkan agar pengeluaran tidak terlalu besar. Serta luasa lahan yang di gunakan juga dapat dikatakan kurang mampu memberikan jumlah produksi yang di harapkan.
Namun, petani khususnya ibu raminten telah berupaya untuk merubah system pertaniannya dengan tidak lagi tergantung dengan pupuk anorganik. Beliau telah beralih menggunkan pupuk organic serta memanfaatkan residu tanaman untuk di kembalikan ke dalam tanah sebagai upaya perbaikan kesuburan tanah.
Ada beberapa hal yang dinilai sebagai ukuran keberlajutan system paertanian ibu raminten diantaranya yaitu :
1. Produktivitas pertanian tidak mampu mencukupi kebutuhan dari petani.
2. Produktifitas  tanah dari tahun ke tahun semakin menurun.
3. Merusak keseimbangan alam yang ada, yaitu dengan adanya pencemaran udara dan air oleh bahan-bahan kimia pertanian yang digunakan.
4. Belum adanya pembagian atau perolehan keuntungan yang seimbang antara petani  dengan pengepul atau pedagang, petani selalu mendapatkan proporsi keuntungan yang lebih kecil padahala kerjanya lebuh berat (belum adanya prinsif keadilan)
5. Image atau derajat seorang petani  dimata masyarakat masih belum mampu terangkat, image petani masih identik dengan kemiskinan.
6. Petani masih belum mampu menyesuaikan diri denggan permintaan pasar dan bersaing dengan produk-produk luar untuk merebut pasar ekspor.

B. SARAN.
Ada beberapa saran yang dapat kami sampaikan yaitu :
1. Mengurangi jumlah pekerja yang d gunakan dalam proses pengolahan lahan maupun dalam proses pemanenan.
2. Mencoba untuk mengembangkan usaha kecil dalam proses pasca panen.



DAFTAR PUSTAKA

Alif jurtanto, 2012. Pertanian berkelanjutan. www. Luluatul Umayya blog.html.
    Diakses tanggal 9 November 2012
Djajakirana, 2001.Peranan Bahan Organik.www.wikipedia.com.
   Diakses tanggal 9 November 2012
FAO Committee on Agriculture (COAG). 1999. Based on Organic agriculture. Rome on 25-26 January 1999.
Handika, 2012. Pertanian Berkelanjutan Dengan Sistem Tumpang Sari Ramah Lingkungan. www. bengkulu2green.com
Diakses tanggal 9 November 2012
Kasumbogo Untung. 1997 Peranan Pertanian Organik Dalam Pembangunan yang Berwawasan   Lingkungan. Makalah yang Dibawakan Dalam Seminar Nasional Pertanian Organik.
Kononova, 1961.Pengertian bahan Organik.www.wikipedia.com.
Diakses tanggal 9 November 2012
Lal, 1995. Pengolahan tanah berkelanjutan. www.wikipedia.com.  
Diakses tanggal 9 Novembar 2012
Suwardi-Fasilitator Pertanian Sub-Program Kampung Konservasi Yayorin (Pertanian Alternatif Pertanian Berkelanjutan Dengan Sistem Tumpang sari,SUMPITAN (Suara Pinggiran Hutan). Media Informasi Yayasan Orang Utan Indonesia;No. 23/April-Juni/2009.